Ingat kejadian viral di berbagai negara di awal pandemi Covid-19 ketika orang-orang panik membeli kertas toilet dalam jumlah besar sampai supermarket kehabisan stok? Elon Musk menyamakan fenomena ini dengan krisis chip saat ini.
Panic buying, atau membeli produk atau barang dalam jumlah besar karena takut kehabisan adalah yang disoroti CEO Tesla Elon Musk. Bukan karena warga Amerika mengulangi volume kedua dari pembeli panik kertas toilet, bukan.
Menurut Elon Musk, CEO Tesla, krisis chip saat ini mirip dengan fenomena panic buying atau borong beli yang terjadi di beberapa negara di awal pandemi Covid-19. Saat itu, masyarakat panik memborong toilet paper dalam jumlah besar hingga supermarket kehabisan stok.
Musk menyatakan, krisis chip saat ini disebabkan oleh permintaan yang melebihi pasokan, sama seperti saat masyarakat memborong kertas toilet dalam jumlah besar. Permintaan chip meningkat pesat karena banyak perusahaan yang memproduksi barang elektronik seperti komputer, tablet, dan smartphone. Sementara itu, pasokan chip terbatas karena memerlukan waktu yang lama untuk memproduksi chip baru.
Krisis chip berdampak besar terhadap industri otomotif karena kendaraan modern membutuhkan banyak chip untuk beroperasi. Musk mengatakan, kekurangan chip dapat menghambat produksi mobil baru, bahkan menyebabkan penghentian produksi sementara pabrik. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi penjualan dan pendapatan perusahaan otomotif.
Musk berharap krisis chip segera berakhir agar industri otomotif dapat beroperasi normal kembali. Ia berpendapat, peningkatan investasi pada chip dapat meningkatkan pasokan dan menyelesaikan krisis. Dengan pasokan chip yang stabil dan seimbang dengan permintaan, industri otomotif dan elektronik dapat berproduksi lebih optimal.
Musk menyebut penyebab utama krisis chip saat ini adalah perubahan perilaku konsumen yang mendadak. Saat pandemi pertama kali melanda, orang-orang panik memborong barang kebutuhan sehari-hari seperti kertas toilet, disinfektan, dan bahan makanan untuk berjaga-jaga bila terjadi kekurangan pasokan.
Hal serupa terjadi pada industri otomotif. Saat pabrik ditutup, perusahaan otomotif mengurangi pesanan chip yang merupakan komponen utama kendaraan listrik. Namun, begitu pabrik dibuka kembali dan permintaan kendaraan listrik melonjak drastis, perusahaan kewalahan memenuhi pesanan chip dalam waktu singkat.
Perusahaan pembuat chip perlu waktu bertahun-tahun untuk meningkatkan kapasitas produksi. Mereka harus menginvestasikan dana besar untuk penelitian, pengembangan, dan pembangunan fasilitas produksi baru. Sementara itu, lonjakan permintaan terjadi dalam hitungan bulan. Perbedaan kecepatan inilah yang menyebabkan kekurangan pasokan chip.
Musk khawatir jika krisis berlanjut, pilot77 hal ini dapat memperlambat transisi ke kendaraan ramah lingkungan dan menghambat upaya mengurangi emisi karbon. Ia mendorong pemerintah dan industri untuk bekerja sama meningkatkan produksi chip agar tidak tertinggal dari permintaan pasar. Sama seperti panik memborong kertas toilet, krisis chip ini hanya bersifat sementara selama permintaan dan penawaran bisa kembali seimbang.
Panik borong adalah fenomena di mana orang membeli produk dalam jumlah besar karena takut kehabisan. Seperti yang disoroti Elon Musk, CEO Tesla, panik borong toilet paper yang terjadi di berbagai negara pada awal pandemi Covid-19, di mana orang berbondong-bondong membeli tisu toilet hingga supermarket kehabisan stok.
Panik borong muncul karena adanya ketakutan bahwa suatu barang akan habis atau sulit didapatkan dalam waktu dekat. Para pembeli khawatir bahwa mereka tidak akan bisa mendapatkan barang tersebut lagi dalam jumlah yang dibutuhkan. Karenanya, mereka memborong barang tersebut dalam jumlah berlebihan.
Panik borong sering kali berakibat negatif. Pertama, stok barang di pasar bisa habis dalam waktu singkat karena jumlah permintaan melonjak drastis, sementara pasokan tidak sempat menyesuaikan. Kedua, harga barang bisa naik tajam karena kelangkaannya.
Ketiga, panik borong dapat memicu panik lebih lanjut dan menciptakan efek domino. Misalnya, melihat orang lain panik memborong toilet paper, membuat orang lain juga panik dan ikut memborong untuk berjaga-jaga. Keempat, panik borong kerap kali tidak rasional dan berlebihan. Banyak barang diborong dalam jumlah sangat besar, jauh melebihi kebutuhan normal.
Untuk mengatasi panik borong, kita perlu tetap tenang dan rasional. Jangan terbawa emosi. Beli barang secukupnya sesuai kebutuhan normal, jangan berlebihan. Percayalah bahwa pasokan barang akan stabil kembali. Panik hanya akan memperburuk situasi. dengan tetap tenang, kita dapat meminimalisir dampak negatif dari panik borong.
Saat mendengar kabar bahwa suatu barang langka atau terbatas, manusia cenderung bereaksi berlebihan dengan memborongnya dalam jumlah besar. Hal ini dilakukan karena takut kehabisan dan tidak bisa mendapatkannya lagi dalam waktu dekat. Panik membuat logika menjadi kabur, sehingga kita membeli lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan.
Ketidakpastian situasi, seperti wabah penyakit atau bencana alam, dapat memicu rasa tidak aman dan khawatir akan kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Panik memborong muncul karena keinginan untuk merasa aman dan siap menghadapi situasi terburuk. Meski pembelian berlebih, setidaknya kita merasa sudah menyiapkan persediaan.
Saat melihat orang lain panik dan berebut memborong barang, manusia cenderung mengikuti. Ini adalah efek kawanan, di mana kita mencontoh perilaku orang banyak tanpa berpikir panjang. Kita ikut panik takut kehabisan dan akhirnya melakukan hal yang sama. Padahal, kalau berpikir rasional, pembelian dalam jumlah besar tidak selalu diperlukan.
Ada pula yang memanfaatkan situasi panik borong demi keuntungan pribadi. Mereka memborong barang dalam jumlah sangat besar, kemudian menjualnya kembali dengan harga jauh lebih mahal. Tindakan ini didorong keserakahan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampaknya pada orang lain. Sayangnya, praktik semacam ini kerap terjadi saat terjadi krisis.
Banyak ahli menganggap panik-memborong hanyalah reaksi manusia yang wajar. Menurut Elon Musk, panik memborong kertas toilet dan krisis chip saat ini sama-sama disebabkan oleh ketakutan kekurangan pasokan. Apa solusi yang ditawarkan Musk?
Musk menyarankan masyarakat untuk tenang dan berpikir secara rasional. Panik hanya akan memperburuk keadaan. Sebagai contoh, panik memborong kertas toilet justru menyebabkan kekurangan pasokan yang sesungguhnya.
Menurut Musk, meningkatkan produksi bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis chip saat ini. Meskipun prosesnya tidak mudah dan memerlukan waktu, peningkatan kapasitas produksi akan meningkatkan pasokan dan menurunkan harga.
Musk menyarankan agar industri otomotif mendiversifikasi rantai pasokan chip mereka. Saat ini, sebagian besar chip diproduksi di Asia, terutama Taiwan dan Korea Selatan. Dengan mendiversifikasi ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Eropa, pasokan chip bisa menjadi lebih stabil.
Menurut Musk, krisis ini seharusnya menjadi motivasi bagi industri untuk berinovasi dan memproduksi chip yang lebih canggih. Chip yang lebih canggih biasanya memiliki margin keuntungan yang lebih tinggi dan kurang rentan terhadap fluktuasi permintaan.
Dengan tetap tenang, berpikir secara rasional, meningkatkan produksi, mendiversifikasi rantai pasokan, dan berfokus pada inovasi, Musk yakin krisis chip saat ini bisa diatasi. Panik hanya akan memperburuk keadaan, jadi yang dibutuhkan adalah tindakan bijak dan solusi jangka panjang.
Jadi intinya, Elon Musk menyamakan fenomena panic buying kertas toilet di awal pandemi Covid-19 dengan krisis chip saat ini. Dia mengatakan bahwa orang-orang memborong chip dalam jumlah besar karena takut kehabisan stok, sama seperti saat mereka memborong kertas toilet. Meski tidak separah dulu, tindakan borong-memborong ini tetap tidak bijak. Daripada berebut chip, lebih baik kita bersabar menunggu produksi kembali normal. Lagipula, masih banyak hal lain yang bisa kita nikmati selain smartphone terbaru kan? Santai saja guys, semua pasti akan kembali seperti semula. Stay positive aja!